Rabu, 30 November 2016

Relasi Sastra dan Spirit Feminitas


Relasi Sastra dan Spirit Feminitas 
Oleh: Salama Elmie
Di sini saya akan mencoba sedikit belajar dengan sepengatahuan saya dalam memahami gender dan sastra yang bisa saja keduanya memiliki keterkaitan. Gender di sisni berasal dari bahasa inggris ”gender” yang berarti jenis kelamin. Jika dari pengetahuan saya selama ini gender ialah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan di lihat dari segi nilai, dan tingkah laku dan juga perbedaan peran dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan, dan juga merupakan peran, perilaku yang dianggap layak antara laki-laki dan perempuan .
Dalam bukunya Nazaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender “Perspektif Al-Qur’an Elaine showalter mengartikan jender lebih dari sekedar perbedaan antara laki-laki dan perempuan ia melihat dari konstruksi sosial dan budaya, ia juga menekankan sebagai konsep analisis.
Dalam kamus bahasa indonesia sastra kita mengenal sastra dengan sebutan kesustaraan yang memiliki imbauan ke-an, kata dasar sastra ialah karangan atau tulisan.
Selanjutnya tentang apa yang di maksud dengan sastra jika menurut pemahaman saya sastra ialah karya tulis yang bersifat imajinatif dan menggunakan bahasa yang indah, indah disini dalam artian ialah karya yang jika diibaratkan dengan seorang perempuan itu, perempuan yang seksi maka karya sastra bisa dikatakan indah.  
Sastra Karangan yang imajinatif yang ada dalam pikiran kita lalu di ungkapkan atau di tuangkan dalam bentuk tulisan, misalnya ketika kita sedih atau senang atau bisa saja kita mengungkapkan kenyataan sosial yang ada di sekitar kita atau juga peristiwa yang terjadi pada orang lain, maka di situ kita mencoba mengungkapkannya dalam bentuk tulisan, seperti puisi, cerpen, novel, dan lain-lain.
Nah sekarang jika di kaitkan dengan puisinya Matroni Muserang yang berjudul wanita yang kalah,  sudah sangat jelas bahwa dalam puisi tersebut unsur-unsur gender ada di dalamnya, ada kata-kata yang menjelaskan tentang nilai dan tingkah laku peran wanita dalam ranah sosial. Dalam puisi tersebut seakan-akan mencoba mengingatkan wanita, bahwa seharusnya wanita tidak menjadi lemah seperti yang ada dalam puisinya Matroni muserang tersebut, seperti Wahai wanita yang di cipta dengan Indah/ dimanakah kamu, kata Rendra, dimanakah karomah kau simpan.  


[1] Bahan diskusi Komutas Rudal edis 49, tanggal 21 Desember 2013

0 komentar