Rabu, 28 Mei 2014

Ayat-ayat Puisi Salama Elmie



Ayat ke satu

Dimalam-malam lafadz tereja
Mulut mengurai makna
Sujud melipat do’a
Pintu-pintu terbuka dan sengalanya tampak

Kata-kata yang baru saja kutulis
Kuterjamahkan
Dan malam semakin merambat
Menggulung pertemuan disajadah yang terhampar

Matahari, gerimis jatuh mengikat kata-kata
Lantaran ini adalah yang pertama

Jogja 2013

Ayat ke dua

Ayat yang menemani langkah jadi do’a
Mengurai sengala dalam diam
Dan aku belajar merangkum
Seperti matahari bersinar
Dengan kata-kata yang tak usai kutata

Di pengembaraanku senja larut di tubuh bayangan
Yang lama tak kutemu
Dan aku kembali menatap dalam-dalam
Meski bukan matahari
Yang muncul dan tenggelam

Jogja 2013

Ayat ke tiga

Malam terdiam
Suara-suara mengusik pergendangan

Sepipun tak menjelma

Malam,waktu terasa pagi
Lalu kumulai kata-kata
Yang kulekukkan di sisa embun yang jatuh
Di sisa yang menemani langkah matahari
Senjapun mengikat basmalah
Meski sajakku belum usai

Jogja 2013

Ayat ke empat

Malam mengeja kata-kataku
Di dada yang mengeja sebagian dari ayatmu

Malam-malam menggigil
Gerimis jatuh satu persatu

Disini aku kembali di ruang pagi
Melepas lelah, lalu diam-diam menata

Hujan mendekap senja, sedang  aku belum sampai
Pada pelabuhanmu

Jogja 2013

Ayat ke lima

Huruf-huruf di matamu
Mengukir malam tanpa kata-kata
Menyusup dalam-dalam

Dalam ayatmu
Jari-jari bertasbih
Di langkah yang terhentih
Dan matahari mulai membuka mata
Mengantar jejak, mengucap ayat-ayat
Merangkum jejak paling nyata

Jogja 2013

Ayat ke enam

Adzan menyelami pergendangan
Dan burung mengepakkan sayap
Melahirkan kata-kata
Dan angin menemani langkah yang terhenti

Namun disini.....
Setiap kedipan mata menjelma do’a
Dalam ayat yang lama tak ku temu

Di senja ini
Hanya ada satu suara yang sengalanya tanpak jadi do’a
Ayatmu

Jogja 2013

Ayat ke tujuh

Telah kumulai lanngkah-langkahku
Di lekuk tangan yang merangkum do’a
Suara-suara kini mmenjelma ayatmu
Mengetarkan dan melahirkan kata-kata

Sengalanya merajut malam-malam dengan do’a
Dan bulan memeluk tubuh dalam diam

Hingga di ruang tuhan
Aku kembali menata do’a-do’a

Jogja 2013

Ayat ke delapan

Di kepingan-kepingsan malam
Mengeja hari-hari berganti
Menatap dalam-dalam
Do’a yang mengukir perjalan

Sepi meniti dadaku
Jalan yang tak berarah
Tanpa ia tau
Langkah jadi do’a
Jadi kata-kata yang tak usai kutata

Jogja 2013

Ayat ke sembilan

Di ruang sepi
Angin telah menciumi tubuhku
Mengajari merangkum kata-kata
Bahkan menyelami
Sementara matahari melangkah pelan
Menatap dan melepas kerinduan
Yang terus bermusim menelusuri waktu

Disini, aku baru saja berlayar
Menemui sajak yang tertinggal
Yang kunamai kampung halaman
Ditepi jalan, telah kusampaikan sengalaganya
Dan sepi menyetubuhi tubuh
Namun senyum-senyum mengangah jadi do’a

Jogja-madura 2013

Ayat ke sepuluh

Perjalanan belum usai
Malam jadi bermakna
Di sujud yang merangkum sengalanya

Disini, aku tak menemukan arah
Untuk kujadikan parjalan kata-kata
Pada perjalanan waktu dan do’a

Kucoba menyimak satu persatu
Dari tubuh yang terbaring
Dalam nafas yang mengusik pegendangan
Melepas pekat dalam diam
Pada langkah-langkah
Dan suara yang menjelma dalam dada
Dan nafasmu terhenti sejenak

Madura 2013.

Ayat ke dua belas

Malam menjelmakanmu
Selepas bulan menyulam satu titik
Seperti bunyi do’a yang mengetuk jiwa
Mengutuk diam
Di sajak-sajak yang tak bernyawa
Dan di dalam kata-kata yang tak usai kutata

Di ayatmu aku kembali
Meski bibir-bibir gemetar mengucap ayatmu
Sementara aku masih tak paham

Madura 2013

Ayat ke empat belas

Di mata yang memirah jingga
Menyulam satu persatu dari kata-kataku

Lorong-lorong yang kerap jadi saksi pertemuan
Kutekuni gerimis satu persatu
Menemani detak jantungku
Sementara senja mengakhiri pertemuan
Di kata-kataku yang kian sempurna
Menyerpurnakan sajakku pada pelabuhanmu

Madura(kolpo) 2013

Ayat ke lima belas

Angin menjelma kata-kata
Ayatmu menjadi do’a
Yang menyempurnakan sengalanya

Di senyummu yang menggulung sisa gerimis
Dan tanganmu yang masih memutar-mutar tasbih
Malam berlalu
Hijau daun mengantarkan senyummu
Dan merangkai satu persatu dari kata-kataku

Madura (kolpo) 2013

Ayat ke enam belas

Di sujudku aku mengukir do’a
Jadi air mata, jadi langkah-langkah yang menyusup dalam diam

Sengalanya melayangkan ingatanku
Sejenak aku terdiam
Menatap dekap dalam ringkuk

Di senyummu yang kecut
Menukar semuanya dengan gelisah
Dengan mengukir tepi
Jadi pelabuhan yang paling sunyi

Lantas dimana pelabuhanku?

Madura (kolpo) 2013 

 
Ayat ke tujuh belas

Di hari yang ketuju belas
Aku mencoba menyimak langit yang sedang kelabu
Menyanyikan hujan di jiwa

Selepas subuh
Ketidakpastian menjelma
Seusai dekapmu menyetubuhi sunyi
Sampai waktu mengantar senja
Setelah rindu benar-benar kau rapatkan
Ditepimu sendiri

Madura (kolpo) 2013

Ayat ke delapan belas

Ketika matahari mulai membuka mata
Langkah terhenti
Mengabarkan senyummu yang lelah
Menitipkan luka pada daun yang jatuh
Bahkan kucoba selami satu persatu
Dari akar tubuhmu

Dalam ayat-ayatmu
Telah kubaca dari keluh yang kau simpan
Disini pula kulihat lorong yang kerap kujejaki
Tersimpan di darahmu yang mulai membeku

Madura (kolpo) 2013

Ayat ke sembilan belas

Di setiap nafasku
Kuresapi angin-angin yang menjelmakanmu
Seperti memburuhku

Ayatmu yang menuntunku sudah sampai  
Dari perteduhanmu
Yang mengukir tepi jadi sunyi
Dan akupun kembali
Meski sengalanya lelah mengukir kata-kata

Madura (kolpo) 2013




Ayat ke dua puluh

kerikil telah tercecer, terdiam
dan kata-kataku yang tak usai kutata, menghilang
bersama rahasiamu yang menjemputku di gubuk tua

matahari kini menjelma sepi
sementara burung mengepakkan sayap
dijari jemari telah memulai memainkan tasbih

di satu-persatu dari ayatmu menyelami lelah
di antara tumpukan kata-kataku

dan di senja sengalanya sampai

madura (kolpo) 2013

Ayat ke dua satu

Di kalender ke 21 kususun huruf-huruf
Jadi kata-kata yang tak terbaca
Dan angin tajam membuka mata

Darah membeku dan mengembara
Menggapai ridhamu
Sedang rindu menenggelamkan sajak-sajakku
Dari zdikirku yang mengalir
Dan di malammu yang mendayuh

Semua belum usai
Lantaran aku masih ingin berlayar dan menyelami

Madura (kolpo) 2013

Ayat ke dua-dua

Dengan jejak matamu, engkaupun menyimpan rindu
Kau dekap deru angin
Sementara kau masih menekuni setiap gulungan
Sesekali menatap sunyi
Sebangai saksi adanya diam

Hujan-hujan terus menari
Mengibarkan layar hujan

Tapi akhirnya pipimu basah
Menyelipkan ingatan
Sebab disini sengalanya telah terbaca
Dari luka-luka

Madura (kolpo) 2013  

Bulan Ramadhan yang mengajari aku lebih baik



0 komentar