Dimalam-malam
lafadz tereja
Mulut
mengurai makna
Sujud
melipat do’a
Pintu-pintu
terbuka dan sengalanya tampak
Kata-kata
yang baru saja kutulis
Kuterjamahkan
Dan
malam semakin merambat
Menggulung
pertemuan disajadah yang terhampar
Matahari,
gerimis jatuh mengikat kata-kata
Lantaran
ini adalah yang pertama
Jogja 2013
Ayat ke dua
Ayat
yang menemani langkah jadi do’a
Mengurai
sengala dalam diam
Dan
aku belajar merangkum
Seperti
matahari bersinar
Dengan
kata-kata yang tak usai kutata
Di
pengembaraanku senja larut di tubuh bayangan
Yang
lama tak kutemu
Dan
aku kembali menatap dalam-dalam
Meski
bukan matahari
Yang
muncul dan tenggelam
Jogja 2013
Ayat ke tiga
Malam
terdiam
Suara-suara
mengusik pergendangan
Sepipun
tak menjelma
Malam,waktu
terasa pagi
Lalu
kumulai kata-kata
Yang
kulekukkan di sisa embun yang jatuh
Di
sisa yang menemani langkah matahari
Senjapun
mengikat basmalah
Meski
sajakku belum usai
Jogja 2013
Ayat ke empat
Malam
mengeja kata-kataku
Di
dada yang mengeja sebagian dari ayatmu
Malam-malam
menggigil
Gerimis
jatuh satu persatu
Disini
aku kembali di ruang pagi
Melepas
lelah, lalu diam-diam menata
Hujan
mendekap senja, sedang aku belum sampai
Pada
pelabuhanmu
Jogja 2013
Ayat ke lima
Huruf-huruf
di matamu
Mengukir
malam tanpa kata-kata
Menyusup
dalam-dalam
Dalam
ayatmu
Jari-jari
bertasbih
Di
langkah yang terhentih
Dan
matahari mulai membuka mata
Mengantar
jejak, mengucap ayat-ayat
Merangkum
jejak paling nyata
Jogja 2013
Ayat ke enam
Adzan
menyelami pergendangan
Dan
burung mengepakkan sayap
Melahirkan
kata-kata
Dan
angin menemani langkah yang terhenti
Namun
disini.....
Setiap
kedipan mata menjelma do’a
Dalam
ayat yang lama tak ku temu
Di
senja ini
Hanya
ada satu suara yang sengalanya tanpak jadi do’a
Ayatmu
Jogja 2013
Ayat ke tujuh
Telah
kumulai lanngkah-langkahku
Di
lekuk tangan yang merangkum do’a
Suara-suara
kini mmenjelma ayatmu
Mengetarkan
dan melahirkan kata-kata
Sengalanya
merajut malam-malam dengan do’a
Dan
bulan memeluk tubuh dalam diam
Hingga
di ruang tuhan
Aku
kembali menata do’a-do’a
Jogja 2013
Ayat ke delapan
Di
kepingan-kepingsan malam
Mengeja
hari-hari berganti
Menatap
dalam-dalam
Do’a
yang mengukir perjalan
Sepi
meniti dadaku
Jalan
yang tak berarah
Tanpa
ia tau
Langkah
jadi do’a
Jadi
kata-kata yang tak usai kutata
Jogja 2013
Ayat ke sembilan
Di
ruang sepi
Angin
telah menciumi tubuhku
Mengajari
merangkum kata-kata
Bahkan
menyelami
Sementara
matahari melangkah pelan
Menatap
dan melepas kerinduan
Yang
terus bermusim menelusuri waktu
Disini,
aku baru saja berlayar
Menemui
sajak yang tertinggal
Yang
kunamai kampung halaman
Ditepi
jalan, telah kusampaikan sengalaganya
Dan
sepi menyetubuhi tubuh
Namun
senyum-senyum mengangah jadi do’a
Jogja-madura 2013
Ayat ke sepuluh
Perjalanan
belum usai
Malam
jadi bermakna
Di
sujud yang merangkum sengalanya
Disini,
aku tak menemukan arah
Untuk
kujadikan parjalan kata-kata
Pada
perjalanan waktu dan do’a
Kucoba
menyimak satu persatu
Dari
tubuh yang terbaring
Dalam
nafas yang mengusik pegendangan
Melepas
pekat dalam diam
Pada
langkah-langkah
Dan
suara yang menjelma dalam dada
Dan
nafasmu terhenti sejenak
Madura 2013.
Ayat ke dua belas
Malam
menjelmakanmu
Selepas
bulan menyulam satu titik
Seperti
bunyi do’a yang mengetuk jiwa
Mengutuk
diam
Di
sajak-sajak yang tak bernyawa
Dan
di dalam kata-kata yang tak usai kutata
Di
ayatmu aku kembali
Meski
bibir-bibir gemetar mengucap ayatmu
Sementara
aku masih tak paham
Madura 2013
Ayat ke empat belas
Di
mata yang memirah jingga
Menyulam
satu persatu dari kata-kataku
Lorong-lorong
yang kerap jadi saksi pertemuan
Kutekuni
gerimis satu persatu
Menemani
detak jantungku
Sementara
senja mengakhiri pertemuan
Di
kata-kataku yang kian sempurna
Menyerpurnakan
sajakku pada pelabuhanmu
Madura(kolpo) 2013
Ayat ke lima belas
Angin
menjelma kata-kata
Ayatmu
menjadi do’a
Yang
menyempurnakan sengalanya
Di
senyummu yang menggulung sisa gerimis
Dan
tanganmu yang masih memutar-mutar tasbih
Malam
berlalu
Hijau
daun mengantarkan senyummu
Dan
merangkai satu persatu dari kata-kataku
Madura (kolpo) 2013
Ayat ke enam belas
Di
sujudku aku mengukir do’a
Jadi
air mata, jadi langkah-langkah yang menyusup dalam diam
Sengalanya
melayangkan ingatanku
Sejenak
aku terdiam
Menatap
dekap dalam ringkuk
Di
senyummu yang kecut
Menukar
semuanya dengan gelisah
Dengan
mengukir tepi
Jadi
pelabuhan yang paling sunyi
Lantas
dimana pelabuhanku?
Madura (kolpo) 2013
Ayat
ke tujuh belas
Di hari yang ketuju belas
Aku mencoba menyimak langit yang sedang kelabu
Menyanyikan hujan di jiwa
Selepas subuh
Ketidakpastian menjelma
Seusai dekapmu menyetubuhi sunyi
Sampai waktu mengantar senja
Setelah rindu benar-benar kau rapatkan
Ditepimu sendiri
Madura
(kolpo) 2013
Ayat
ke delapan belas
Ketika matahari mulai membuka mata
Langkah terhenti
Mengabarkan senyummu yang lelah
Menitipkan luka pada daun yang jatuh
Bahkan kucoba selami satu persatu
Dari akar tubuhmu
Dalam ayat-ayatmu
Telah kubaca dari keluh yang kau simpan
Disini pula kulihat lorong yang kerap kujejaki
Tersimpan di darahmu yang mulai membeku
Madura
(kolpo) 2013
Ayat
ke sembilan belas
Di setiap nafasku
Kuresapi angin-angin yang menjelmakanmu
Seperti memburuhku
Ayatmu yang menuntunku sudah sampai
Dari perteduhanmu
Yang mengukir tepi jadi sunyi
Dan akupun kembali
Meski sengalanya lelah mengukir kata-kata
Madura
(kolpo) 2013
Ayat
ke dua puluh
kerikil telah tercecer, terdiam
dan kata-kataku yang tak usai kutata, menghilang
bersama rahasiamu yang menjemputku di gubuk tua
matahari kini menjelma sepi
sementara burung mengepakkan sayap
dijari jemari telah memulai memainkan tasbih
di satu-persatu dari ayatmu menyelami lelah
di antara tumpukan kata-kataku
dan di senja sengalanya sampai
madura
(kolpo) 2013
Ayat
ke dua satu
Di kalender ke 21 kususun huruf-huruf
Jadi kata-kata yang tak terbaca
Dan angin tajam membuka mata
Darah membeku dan mengembara
Menggapai ridhamu
Sedang rindu menenggelamkan sajak-sajakku
Dari zdikirku yang mengalir
Dan di malammu yang mendayuh
Semua belum usai
Lantaran aku masih ingin berlayar dan menyelami
Madura
(kolpo) 2013
Ayat
ke dua-dua
Dengan jejak matamu, engkaupun menyimpan rindu
Kau dekap deru angin
Sementara kau masih menekuni setiap gulungan
Sesekali menatap sunyi
Sebangai saksi adanya diam
Hujan-hujan terus menari
Mengibarkan layar hujan
Tapi akhirnya pipimu basah
Menyelipkan ingatan
Sebab disini sengalanya telah terbaca
Dari luka-luka
Madura
(kolpo) 2013
Bulan Ramadhan yang mengajari aku lebih baik

0 komentar
Posting Komentar