Senin, 28 November 2016

Puisi Salama Elmie di Antologi 175 Penyair “Negeri Laut”


DITENGAH TAMAN KOTA

Ditengah taman kota
Banyak orang-orang duduk santai menikmati pemandangan
Ada yang berjalan-jalan
Ada pula menikamtai makanan

Ditengah taman kota
Aku berdiam menghitung hari, menghitung detak jam
Menghitung kalender
Bahkan menghitung orang-oreng yang datang

Ditengah taman kota
Aku seperti orang yang tak punya apa-apa,
Seperti menunggu luka
Menunggu waktu
Yang mengabarkan tentang dirimu

Ditengah taman kota
Hari-hariku semakin meranggas
Ditengah terik matahari yang menyengat pundakku

Ditengah taman kota
Aku bertanya-tanya sendiri
“kapan kau akan kembali ?”

Jogja 2015

WAJAHMU DIMANA-MANA

perempuan pemalu
wajahmu ada dimana-mana
aku ikatkan selendang
sebangai ikatan agar kau tak melepaskankan tanganku
ketika aku mulai terjatuh

biarkan aku menjadi apa saja yang kelak menanam senyum didasar samudra
dengan air mataku sendiri
rumput telah tumbu diatas ingatan
sejak itu, angin selalu berkabar tentang dirimu

dingin itu, kau telah bertamu
dan aku menyalakan lilin sebelum petang
yang selalu menjadikan
aku suka cara mu bercerita

mata bening seperti air
menyelam hingga menetes cahaya
yang sampai kedasar hati

aku selalu menuliskan tentang dirimu
aku ingin terus belajar membaca
pada setiap jarak tertinggal
yang menjadikannya cahaya selalu tumbuh didalam dirimu

jogja 2015

AKULAH SEORANG PELAUT

akulah seorang pelaut
yang terus berdiri tegak
meski angin dan gemuruh ada dalam diriku

nyawa menjadi taruhan
aku tetap menajdi seorang pelaut kuat
sebab istri dan anak menunggu kepulanganku

nyayian alam terus menderu
petaka tak berkata apa-apa
tanpa mengucap salam

siapakah yang akan mendengar suaraku saat ini ?
barangkali aku hanya seorang patung laut yang mencoba berkata
yang tak terdengar apa-apa

akulah pelaut
menunggu gerimis berhenti dan gemuruh yang menghantamku

hari-hariku semakin merangas
yang didalamnya ada air mata mengalir
berdatangan tanpa aku minta
dan kembalipun tanpa pamit

dilautlah tempatku menghitung ikan-ikan berdatangan
menghitung hari, menghitung jejakku
dan menghitung waktu kepulanganku

jogja 2015

KACA

Samar- samar bayangmu yang membayang
menyilaukan mata
yang ada
wajahmu tercenung
menatap dalam dikedalaman diriku

akupun merasa
sunyi terhampar didalamnya
hanya suara samarmu yang bergumam
entah apa maknanya
dan aku menerka
isyarat yang tak kumengerti

dari mana aku harus mulai mengeja ?
sesosok wajah yang merengkuh
dari deretan senyum yang pertama
akupun menerka-nerka
namun tak juga mengerti
terkadang aku pun menangis

sungguh aku ingin paham
sebelum semuanya menjadi sia-sia
apalagi yang dapat kukatakan selain ingin
sementara puisi yang ku buat
menjadi dirinya sendiri

inilah inginku
dengan hitungan waktu
yang aku sendiri tak paham

jogja 2015

0 komentar